Apa rasanya saat kau melihat dia, yang selalu kau inginkan, kau rindukan, kau simpan dalam diam ada di depan mata
tak ada kata-kata yang sanggup mewakilinya, tak ada yang lain lagi ingin kau lakukan, hanya memandangnya saja, telah cukup mewakili segalanya
tak ada lagi yang kau inginkan, biarlah seisi dunia membeku, pause sementara semuanya tak berarti, benar-benar berhenti
hanya dengan melihatnya, langkahku terpaku, biarlah tetap begitu
mengosongkan gelasku, menyisihkan sibukku, menjelma spons baru
agar mampu menyerap segalanya tentangnya
dan membiarkan semestaku adalah dirinya
menggantikan saat saat bersama
yang sekian lama tak ada
biarlah tak apa
sejuta puisi menghablur di udara
menjadikan dia seakan purnama
diantara ratusan orang disana
momen juara menyimpan pesona
saat-saat yang kusuka
embun mengudara dalam dingin yang pekat
pelan menghangat
tergantikan senyumnya yang bersahabat
waktu kembali berputar cepat
aku terdiam memutar pandang
menolak rindu yang sedang berperang
membekap debar yang menggetarkan
memberai ingin tetap dikenang
meskipun entah sampai kapan