Senin, 04 April 2022

Dear Gibran

Memang sudah biasa kita menunggu pak pos diakhir pekan membawa cerita tentang seminggu ini kita ngapain aja

juga sudah biasa sejak senin aku memasang agenda di list teratas bertuliskan "balesin surat gibran" karena setidaknya hari kamis surat itu harus sudah masuk kantor pos agar tepat sampai padamu di hari sabtu

jika aku sedang tak terlalu sibuk, surat itu bisa berupa tempelan macam-macam tulisan berwarna ta peduli tulisan tanganku ku tak terlalu punya estetika saat dibaca, kan yang penting ceritanya 

jika aku sibuk maka agenda tulis menulis itu cukuplah di kertas HVS putih yang kuletakkan diatas kertas folio bergaris agar tetap lurus meski tak ada garisnya, toh menulisnya bisa dimana saja diantara waktu luang disela jam kuliah ato saat menunggu waktu sholat sebelum latihan sore ato kapan saja sempat dan lalu finishingnya kuselesaikan malam harinya saat sendirian saja. 

tapi, ada kalanya otakku stuck ga ngerti harus nulis apa ato aktifitasku seharian itu memang ga ada cukup terluang waktu menuliskan cerita, jadilah seharian itu HVS putih yang terselip diantara folio bergaris yang kubawa kemana-mana tetap bersih hingga pulang ke kost lagi.

ceritanya? biasanya seputar kesibukan kuliah ato latihan teater ato paduan suara ato tentang keseharian ga penting lainnya. Padahal harusnya aku bilang jujur lagi kangen kamu, pengen kamu suatu hari nanti datang kesini, pengen kita bisa live ngobrol tentang apa saja, tapi ya gitu...rasanya otakku secara merdeka selalu kudeta mengemukakan hal lain-lainnya, menyisihkan segala hal tentang rasa yang akhirnya hanya kusimpan sendiri saja.

aku memang ribet dan perfeksionis jika tentangmu, berharap menjadi bidadari istimewa buatmu, sang putri yang hanya ingin dijemput kamu, meskipun aku selalu takut untuk tahu jika kenyataannya nanti ternyata aku bahkan bukan siapa-siapamu

aku menikmati tulisan apapun yang kau tuliskan dalam suratmu...puisi, cerita keseharian, urusan pekerjaan, musik kesukaan, kuis, game, tempelan gambar atau apapun itu namanya aku selalu menunggu, karena bisa jadi kau sedang sama sibuknya

Jadi begitulah, surat-surat kita semacam unprediction performance yang mengagumkan dengan rangkaian kisah suka duka aneka cerita didalamnya. Kelak kisah ini akan tetap mengagumkan, membanggakan, tetap indah untuk dikenang. Tak ada yang terucap untuk menegaskan apa yang harus terjadi, tapi aku yakin kita sama-sama tahu darimana kisah ini dimulai. Kita tak akan tahu dimana arahnya, tapi secara tersirat kita sama tahu terus akan mengalir menjalaninya. Kemanapun ujungnya...

Dokumentasi Pribadi @Ramayana Ballet Prambanan, Yogyakarta

#Teaser: Bendera Kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar