Minggu, 24 September 2023

KONEKSI ANTAR MATERI Modul 3.1

Perkenalkan saya Wahidah Qomariyah, Calon Guru Penggerak Angkatan 8. Saya sehari-hari bertugas sebagai guru pengajar Biologi di SMA Negeri 8 Kediri.

Tulisan ini merupakan bagian dari tugas guru penggerak pada Koneksi Antar Materi dalam menarik kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari baik dalam Modul 3.1 ataupun kaitannya dengan materi di modul lain. Mari kita cermati bersama kutipan berikut: 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Bahwasannya dalam proses pembelajaran yang sedang saya pelajari peran kita sebagai guru harus menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan dan menanamkan karakter yang baik melalui pembelajaran yang berpihak pada murud. Jadi pembelajaran tidak hanya terkait dengan disiplin ilmu mata pelajaran yang kita ampu tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebajikan dan budaya positif sebagai bekal murid sebagai warganegara dan anggota masyarakat di masa depan.

Jumat, 22 September 2023

3.1.a.6. Demontrasi Kontekstual - Modul 3.1

Durasi :  4 JP
Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus:  
CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.

Berikut adalah hasil wawancara 3 kepala sekolah yaitu:
- Kepala SMA Negeri 8 Kediri, Bapak Mardji S.Pd, M.Pd
- Kepala SDN Bangsal 3, Bapak Bustanul Arifin, S.Pd SD
- Kepala SDN Tinalan 2, Bapak Deny Kurnianto, S.Pd

Hasil wawancara digunakan untuk mendapatkan sebuah wacana tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan, terutama untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan, atau untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar.

Jumat, 08 September 2023

2.3.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Durasi: 2 JP

Moda: Tugas mandiri (asinkron)

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media

·         Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Materi pembelajaran dalam Modul 2.3 yaitu tentang konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kometensi diri dan rekan sejawat. Modul ini juga memberikan pemahaman tentang paradigma berpikir coaching yaitu fokus pada coachee/rekan yang dikembangkan, bersikap terbuka an ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan; dan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Hal menarik dan paling menyenangkan dalam modul ini adalah praktik percakapan coaching dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan TAnggungjawab) yang secara langsung melatih saya untuk memiliki 3 kompetensi inti coaching yaitu presence (kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saya juga merasa termotivasi untuk mengembangkan kompetensi coaching dalam menavigasi tujuan dan arah percakapan yang dibutuhkan coachee dengan menggunakan berbagai acuan interaksi (untuk perencanaan, pemecahan masalah, berefleksi maupun untuk kalibrasi).

Emosi-emosi yang saya rasakan terkait pengalaman belajar adalah senang dan bersemangat karena materi ini sangat menarik dan menantang, perasaan empati saat berlatih berinteraksi dengan coachee dalam percakapan coaching serta antusias bahwa keterampilan coaching yang dimiliki oleh guru dapat membantu teman sejawat dalam memaksimalkan potensi pribadi dan professionalnya serta membantu murid dalam meningkatkan potensi pribadi dan prestasi akademiknya. Keterlibatan saya yag sudah baik dalam proses belajar adalah saya mampu mempelajari keseluruhan modul dengan baik dan dapat bekerjasama dengan teman sejawat dalam berlatih mengembangkan kompetensi coaching. Hal yang masih perlu saya tingkatkan adalah berlatih keterampilan coaching dalam supervisi akademik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terhadap teman sejawat. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah bahwa pemahaman saya terhadap modul ini memberikan saya pandangan yang berbeda bahwasanya keterampilan coaching tidak hanya perlu dimiliki oleh guru BP/BK tetapi juga penting untuk dipahami dan diterapkan oleh semua guru.

Sekolah sebagai tempat bagi siswa untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensinya, sedangkan guru dapat membantu siswa dalam pengembangan diri mereka baik sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator maupun trainer. Peran saya sebagai coach di sekolah bagi siswa adalah membantu siswa mencapai tujuan belajarnya, misalnya saat siswa mengalami kesulitan belajar, saat siswa memerlukan untuk mengembangkan penelitian untuk perlombaan Karya Ilmiah Remaja (KIR) saya dapat membantu mereka mengembangkan ide penelitiannya dalam perencanaan maupun pelaksanaannya melalui percakapan coaching. Saya juga dapat lebih memahami dan menyelesaikan dengan baik permasalahan KSE yang muncul didalam kelas misalnya pada saat siswa berbagi tugas tentang perlombaan antar kelas sebagai peserta maupun tim pendukung. Secara pribadi, siswa juga dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola emosi, menjaga hubungan suportif antar teman sebaya maupun mengembangkan kepercayaan dirinya melalui percakapan coaching.

Implementasi keterampilan coaching juga dapat membantu saya dalam tercapainya pembelajaran berdifferensiasi, dimana penekatan pembelajaran ini berusaha memperhatikan dan memenuhi kebutuhan individual siswa dalam belajar. Bagaimana peran saya sebagai coach dalam hal ini? Coach dapat membantu rekan sejawat dalam mengembangkan strategi pembelajaran berdifferensiasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dikelasnya melalui percakapan coaching karena karakteristik setiap kelas dan permasalahan yang terjadi di kelas dan dihadapi oleh guru di kelasnya juga sangat beragam. Dalam hal ini, melalui komunitas Coach Penggerak KOlaborasi Pemikiran Inovatif (CORAK KOPI), sebagai coach saya dapat membantu guru lain untuk dapat mempersiapkan pembelajaran di kelasnya melalui percakapan coaching sehingga coachee menemukan solusi berupa pengembangan bahan ajar yang berdifferensiasi di kelasnya.

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sangat diperlukan oleh siwa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat serta mengambil keputusan yang tepat dan bertanggungjawab dalam hidupnya. Pembelajaran ini melatihkan aspek Kesadaran Diri, Manajemen Diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Beelasi serta Pengambilan keputusan yag bertanggungjawab. Peran saya sebagai coach adalah membantu siswa dalam mengembangkan KSE secara eksplisit, terintegrasi dalam pembelajaran secara terstruktur dan berkelanjutan. Sebagai coach saya dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi emosi dan perasaan mereka, membangun hubungan yang sehat dan positif dengan teman sebaya, mengembangkan keterampilan mengatasi konflik. Sebagai coach saya juga bekerjasama dengan guru lain untuk mengembangkan program PSE yang terintegrasi dengan kurikulum dan saat ini sedang diterapkan yaitu dalam pembelajaran projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Bangunlah Jiwa dan Raganya: Be Happy, Be Healthy. Pada masa mendatang, sebagai coach saya juga dapat bekerjasama dengan guru lain yang bertugas sebagai Pembina OSIS agar program PSE dapat dilatihkan kepada siswa pada saat Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK).

·         Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?

Keterampilan coaching dapat membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa agar dapat mengembangkan strategi pembelajaran berdifferensiasi yang tepat, mengarahkan siswa dalam pemecahan masalah serta mengembangkan KSE siswa di kelas maupun diluar kelas. Beberapa keterampilan coaching yang dibutuhkan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu mengembangkan keterampilan dan potensi anggota tim, membangun hubungan positif untuk meningkatkan kinerja tim, serta kemampuan dalam mengatasi konflik dan menyelesaikan permasalahan secara efektif. Sebagai pemimpin pembelajaran berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya maupun di kelas lain dengan bekerjasama dengan guru lain baik secara pribadi maupun dalam komunitas CORAK KOPI yang telah dibentuk. Peningkatan kualitas pembelajaran juga bekerjasama dengan kurikulum agar pelaksanaan supervisi akademik juga dapat diarahkan untuk meningkatkan kompetensi guru melalui percakapan coaching.

Analisis implementasi dalam konteks Calon Guru Penggerak

Tantangan yang dihadapi sebagai seorang coach dan calon guru penggerak baik di tingkat sekolah maupun daerah adalah motivasi dan konsistensi. Motivasi diri yang kuat untuk terus tergerak, bergerak dan menggerakkan orang lain sangat diperlukan dalam menjaga konsistensi peningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid. Motivasi ini juga diperlukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran berdifferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan coaching untuk supervisi akademik. Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan terus belajar untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar muri, menyenangkan dan bermakna; berupaya menjadi teladan serta berkolaborasi dengan teman sejawat dalam komunitas CORAK KOPI. Selain itu, sebagai coach guru juga dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung dengan memberikan umpan balik yang konstruktif bagi setiap pencapaian serta permasalahan yang terjadi.

Membuat keterhubungan Materi

Sebelum mempelajari teknik coaching, saya hanya fokus pada pengembangan strategi pembelajaran berdifferensiasi untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga saat menghadapi permasalahan terkait pembelajaran maupun KSE saya langsung memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun guru yang bertukar pikiran engan saya terkait pembelajaran di kelasnya. Setelah mempelajari teknik coaching, saya lebih terampil dalam memahami kebutuhan belajar siswa dan berusaha melakukan percakapan coaching untuk membantu siswa maupun guru menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang timbul. Selain itu, dengan teknik coaching, saya dapat menjadi lebih efektif dalam membangun hubungan yang positif dengan siswa, yang dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Selain itu, teknik coaching juga dapat membantu saya untuk membangun lingkungan kelas yang lebih positif dan berdiferensiasi, yang memungkinkan siswa dengan berbagai kebutuhan belajar untuk berkembang dengan cara yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Rabu, 06 September 2023

TANTANGAN DAN HARAPAN: PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 

dalam fase Mulai dari Diri guru diajak untuk merefleksikan hubungan kompetensi sosial dan emosional dengan peran Anda sebagai pendidik dan dengan pembelajaran murid karena dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional: 

• Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid. 

• Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, aktivitas kriminal, dan kesehatan mental.

Penjelasan tentang Pembelajaran Sosial Emosional berdasarkan kerangka CASEL yang bertujuan mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: 

1. Kesadaran diri, yaitu Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

2. Manajemen diri, yaitu Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.

3. Kesadaran sosial, yaitu Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.

4. Keterampilan berelasi, Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.

5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, yaitu Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

Penjelasan tentang kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar dalam penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial Emosional (KSE). 

Empat indikator dalam implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah, yaitu: 

1. Pengajaran eksplisit, yaitu Murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan responsif dengan perkembangan budaya

2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, yaitu Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.

3. Penciptaan iklim kelas dan dan budaya sekolah, yaitu Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas

Penguatan PSE Pembelajaran Sosial dan Emosional pendidik dan tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) dapat dilakukan dengan adanya kesempatan  yang teratur untuk mengembangkan kompetensi sosial dan, emosional, dan budaya yang dimiliki serta berkolaborasi satu sama lain serta membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat.

dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1.