Kamis, 26 Oktober 2023

TULISAN REFLEKTIF TENTANG PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru.”

 -Steve Jobs-

Pemikiran  Reflektif  Terkait  Pengalaman  Belajar

1.      Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Pada Modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif bagi Murid, materi yang saya peroleh adalah bahwa konsep ‘student agency’ (kepemimpinan murid) berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Hal ini dapat terlihat sebagai kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya. Guru harus berkolaborasi sebagai bagian dari Tri Sentra Pendidikan yaitu kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi murid. Komunitas-komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan. Peran guru dalam hal ini adalah mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinannya tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya serta mengurangi kontrol terhadap murid. Mempromosikan ‘student agency’ yaitu dengan cara memberikan lingkungan yang apat memfasilitasi suara (Voice), pilihan (Choice) dan kepemilikan (Ownership) dalam proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Pengalaman yang saya peroleh setelah menerapkan materi ini dalam ekstrakurikuler KSN Biology Project adalah adanya keterlibatan dan motivasi murid yang terus berkembang dan secara tidak langsung telah memperkuat Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berkebhinekaan global, Bergotong royong, Mandiri , bernalar kritis dan kreatif.

 

2.      Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

-          Pada saat mempelajari modul ini saya menyadari pentingnya kegiatan belajar yang melibatkan muris dalam bentuk Voice, Choice dan Ownership dalam perencanaan, pemantauan, pelaksaaan maupun evaluasinya sehingga motivasi murid untuk terus terlibat dalam kegiatan menjai lebih meningkat

-          Saya juga merasa lebih percaya diri bahwasannya mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan ‘student agency’ dapat memberikan dampak positif bagi urid saat ini maupun pada masa depannya kelak.

-          Saya menjadi lebih terbuka dan menyadari bahwa murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang memiliki budaya positif, kompetensi sosial emosional yang baik serta mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri

 

3.      Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Hal yang sudah baik adalah pada pembelajaran modul ini pada tahap Eksplorasi konsep Forum Diskusi saya telah terlibat aktif dengan mengajukan topik untuk didiskusikan bersama dan ditanggapi oleh teman Calon Guru Penggerak yang lain. Pada saat Ruang Kolaborasi saya juga terlibat aktif dalam mengamil inisiatif bersama mendiskusikan kegiatan pilihan yang berdampak positif bagi murid. Pada sesi presentasi kelompok kami juga bekerjasama dengan baik. Pada sesi elaborasi saya mengikutinya dengan baik setelah sebelumnya mengajukan pertanyaan pada LMS. Pada sesi Demonstrasi Kontekstual saya mampu menyusun BAGJA dalam menyusun rancangan kegiatan.

 

4.      Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Hal yang perlu diperbaiki adalah menambah wawasan tentang penerapan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid di sekolah/lembaga lain sehingga dapat saling berbagi praktik baik serta memperbaiki dan mengembangkan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.

 

5. Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Setelah mempelajari modul ini saya memahami bahwasannya mengembangkan kepemimpinan murid merupakan kerja bersama dalam paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) oleh seluruh warga sekolah. Implikasi dalam kompetensi saya untuk mengembangkan KSN Biology Project yang memasuki tahun kedua maupun komunitas belajar yang dimulai sebagai Aksi Nyata Modul 1.2 yaitu CORAK KOPI (Coach Penggerak Kolaborasi Pemikiran Inovatif) menjadi lebih tercerahkan bagaimana membangun bersama lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid.

 

Analisis untuk Implementasi dalam Konteks CGP

 

1.      Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Kepemimpinan murid dapat dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan suara (voice), pilihan (choice), kepemilikan (ownership) pada murid dalam lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Bagaimana indikator bahwasannya kegiatan yang diselenggarakan telah memenuhi kepemilikan ‘student agency’ pada murid? Bagaimana mempertahankan keterampilan dan perilaku yang mencerminkan ‘student agency dalm jangka panjang? Menumbuhkan student agency akan selalu melibatkan kerjasama yang saling berkelanjutan dan berkesinambungan serta dukungan 7 aset/kekuatan/modal sekolah.

 

2.      Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Kepemimpinan murid yang dikembangkan pada setiap sekolah secara berkelanjutan akan membangunkan kekuatan bangsa Indonesia di masa depan menjadi lebih adaptif terhadap perubahan dan kemajuan zaman, lebih tangguh dalam menyelesaikan permasalahan serta lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan peradaban dan kebudayaan yang positif karena secara tidak langsung telah terbentuknya Profil Pelajar Pancasila dalam diri murid.

 

3.      Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

-        Pengembangan kepemimpinan murid belum cukup dikenal di kalangan pendidik

-        Kurangnya kesadaran diri dan manajemen diri yang baik di kalangan murid untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam mengajukan ide, bertanya maupun berpendapat terhadap ide orang lain

-        Pengadaan maupun pengembangan kegiatan belajar murid memerlukan dukungan finansial yang baik

-   Memberikan motivasi bagi keterlibatan orangtua/wali murid dalam kegiatan belajar sehingga terbentuk satu kesatuan Tri Sentra Pendidikan untuk membentuk lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

 

4.      Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah:

-      Sosialisasi tentang Kepemimpinan Murid kepada guru dan tenaga kependidikan

-          Memberikan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) di kalangan murid melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam pembelajaran dan kurikulum serta penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah.

-          Memberikan wawasan dukungan finansial sebagai salah satu aset sekolah maupun menciptakan alternatif sumber finansial pendukung lain. Misalnya: mewadahi hasil karya dan kreatifitas murid sebagai produk sekolah untuk dipasarkan dalam even pendidikan.

 

5.      Menggambarkan rencana implementasi (praktik) sesuai konteks tempat CGP mengajar (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Rencana implementasi adalah dengan membangun serta memperkuat kepemimpinan murid dengan ikut berperan aktif dalam setiap kegiatan sekolah yang ditugaskan yaitu sebagai:

-          Guru pengajar

-          Walikelas

-          Kepala laboratorium IPA

-          Pengelola Kelas Cerdas Istimewa

-          Pengelola kelas Prodistik ITS (Program Terapan Bidang TIK)

-          Tim Pengembang Literasi Sekolah

 

Membuat Keterhubungan Refleksi yang CGP Buat Memunculkan Koneksi dari Pembelajarannya dengan Poin-Poin Berikut:

1.      Pengalaman masa lalu

Pengalaman yang pernah saya alami sebagai walikelas yaitu program buka bersama. Murid membuat kepanitiaan, mengkonsep acara, bahkan mempersiapkan bagi takjil di jalan depan sekolah hingga 150 bungkus. Murid-murid berdiskusi dengan saya namun mereka memiliki banyak ide kreatif yang mereka lakukan bersama dengan antusias dan bersemangat. Kegiatan itu menjadi kegiatan yang sangat menarik karena murid secara langsung terlibat dalam perencanaan, persiapan maupun pelaksanaannya sehingga hal ini merupakan salah satu penerapan menumbuhkembangkan ‘student agency’

 

2.      Penerapan di masa mendatang

Pada masa yang akan datang saya akan lebih aktif dalam berkontribusi menumbuhkan Kepemimpinan Murid dengan lebih memperhatikan voice (suara), choice (pilihan) dan ownership (kepemilikan) serta memperluas serta memperkuat jaringan kolaborasi dan kerjasama dengan seluruh komponen sekolah melalui komunikasi yang sehat dan suportif hingga lingkup komunitas yang lebih luas.

 

3.      Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.

Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Modul 1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.

Modul 2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin.  Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.  Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.

4.      Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

-          Bahwasannya menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid merupakan upaya bersama yang harus diinisiasi secara terprogram dan berkelanjutan kemudian dievaluasi serta direfleksikan agar dapar terus berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman

-          Keterlibatan murid dalam program sekolah harus dimotivasi oleh guru bahkan sejak dalam pembelajaran di kelas

-          Guru perlu terus melakukan inovasi pembelajaran yang yang dapat mendukung terbentuknya Keemimpinan Murid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar