Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru.”
-Steve Jobs-
Pemikiran
Reflektif Terkait Pengalaman Belajar
1. Pengalaman/materi
pembelajaran yang baru saja diperoleh
Pada Modul 3.3
tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif bagi Murid, materi yang saya
peroleh adalah bahwa konsep ‘student
agency’ (kepemimpinan murid) berakar pada
prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Hal ini
dapat terlihat sebagai kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran
mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan
pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi
pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain,
dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Dampak positif
dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan
dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya. Guru harus
berkolaborasi sebagai bagian dari Tri Sentra Pendidikan yaitu kerjasama antara
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat yang berlandaskan pada asas gotong
royong, kesamaan kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan
untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter
dan budaya prestasi murid. Komunitas-komunitas yang mendukung kepemimpinan
murid akan memahami bahwa sesungguhnya murid-murid memiliki suara, pilihan, dan
kepemilikan. Peran guru dalam hal ini adalah mendampingi murid agar
pengembangan potensi kepemimpinannya tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan
kebutuhannya serta mengurangi kontrol terhadap murid. Mempromosikan ‘student agency’ yaitu dengan cara
memberikan lingkungan yang apat memfasilitasi suara (Voice), pilihan (Choice)
dan kepemilikan (Ownership) dalam proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Pengalaman yang saya peroleh setelah
menerapkan materi ini dalam ekstrakurikuler KSN Biology Project adalah adanya
keterlibatan dan motivasi murid yang terus berkembang dan secara tidak langsung
telah memperkuat Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Berkebhinekaan global, Bergotong royong, Mandiri ,
bernalar kritis dan kreatif.
2. Emosi-emosi
yang dirasakan terkait pengalaman belajar
-
Pada saat mempelajari modul ini saya menyadari
pentingnya kegiatan belajar yang melibatkan muris dalam bentuk Voice, Choice
dan Ownership dalam perencanaan, pemantauan, pelaksaaan maupun evaluasinya
sehingga motivasi murid untuk terus terlibat dalam kegiatan menjai lebih
meningkat
-
Saya juga merasa lebih percaya diri bahwasannya mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan ‘student
agency’ dapat memberikan dampak positif bagi urid saat ini maupun pada masa
depannya kelak.
-
Saya menjadi lebih terbuka
dan menyadari bahwa murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, mengupayakan
terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang memiliki
budaya positif, kompetensi sosial emosional yang baik serta mampu menjadi
pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri
3. Apa
yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Hal yang sudah baik
adalah pada pembelajaran modul ini pada tahap Eksplorasi konsep Forum Diskusi
saya telah terlibat aktif dengan mengajukan topik untuk didiskusikan bersama
dan ditanggapi oleh teman Calon Guru Penggerak yang lain. Pada saat Ruang
Kolaborasi saya juga terlibat aktif dalam mengamil inisiatif bersama
mendiskusikan kegiatan pilihan yang berdampak positif bagi murid. Pada sesi
presentasi kelompok kami juga bekerjasama dengan baik. Pada sesi elaborasi saya
mengikutinya dengan baik setelah sebelumnya mengajukan pertanyaan pada LMS.
Pada sesi Demonstrasi Kontekstual saya mampu menyusun BAGJA dalam menyusun
rancangan kegiatan.
4. Apa
yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Hal yang perlu
diperbaiki adalah menambah wawasan tentang penerapan pengelolaan program yang
berdampak positif pada murid di sekolah/lembaga lain sehingga dapat saling
berbagi praktik baik serta memperbaiki dan mengembangkan kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.
5. Implikasi
terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Setelah mempelajari
modul ini saya memahami bahwasannya mengembangkan kepemimpinan murid merupakan
kerja bersama dalam paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) oleh seluruh warga
sekolah. Implikasi dalam kompetensi saya untuk mengembangkan KSN Biology
Project yang memasuki tahun kedua maupun komunitas belajar yang dimulai sebagai
Aksi Nyata Modul 1.2 yaitu CORAK KOPI (Coach Penggerak Kolaborasi Pemikiran
Inovatif) menjadi lebih tercerahkan bagaimana membangun bersama lingkungan yang
dapat menumbuhkan kepemimpinan murid.
Analisis
untuk Implementasi dalam Konteks CGP
1. Memunculkan
pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih
jauh
Kepemimpinan murid
dapat dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan suara (voice),
pilihan (choice), kepemilikan (ownership) pada murid dalam lingkungan yang menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid. Bagaimana indikator bahwasannya kegiatan yang
diselenggarakan telah memenuhi kepemilikan ‘student agency’ pada murid?
Bagaimana mempertahankan keterampilan dan perilaku yang mencerminkan ‘student
agency dalm jangka panjang? Menumbuhkan student agency akan selalu melibatkan kerjasama
yang saling berkelanjutan dan berkesinambungan serta dukungan 7
aset/kekuatan/modal sekolah.
2. Mengolah
materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan
(insight) baru
Kepemimpinan murid
yang dikembangkan pada setiap sekolah secara berkelanjutan akan membangunkan
kekuatan bangsa Indonesia di masa depan menjadi lebih adaptif terhadap
perubahan dan kemajuan zaman, lebih tangguh dalam menyelesaikan permasalahan
serta lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan peradaban dan kebudayaan
yang positif karena secara tidak langsung telah terbentuknya Profil Pelajar
Pancasila dalam diri murid.
3. Menganalisis
tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun
daerah)
- Pengembangan kepemimpinan murid belum cukup dikenal di
kalangan pendidik
- Kurangnya kesadaran diri dan manajemen diri yang baik di
kalangan murid untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam mengajukan ide,
bertanya maupun berpendapat terhadap ide orang lain
- Pengadaan maupun pengembangan kegiatan belajar murid
memerlukan dukungan finansial yang baik
- Memberikan motivasi bagi keterlibatan orangtua/wali
murid dalam kegiatan belajar sehingga terbentuk satu kesatuan Tri Sentra
Pendidikan untuk membentuk lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan
murid.
4. Memunculkan
alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Alternatif solusi
yang dapat dilakukan adalah:
- Sosialisasi tentang Kepemimpinan Murid kepada guru dan
tenaga kependidikan
-
Memberikan
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) di kalangan murid melalui pengajaran
eksplisit, integrasi dalam pembelajaran dan kurikulum serta penciptaan iklim
kelas dan budaya sekolah.
-
Memberikan
wawasan dukungan finansial sebagai salah satu aset sekolah maupun menciptakan alternatif
sumber finansial pendukung lain. Misalnya: mewadahi hasil karya dan kreatifitas
murid sebagai produk sekolah untuk dipasarkan dalam even pendidikan.
5. Menggambarkan
rencana implementasi (praktik) sesuai konteks tempat CGP mengajar (baik tingkat
sekolah maupun daerah)
Rencana implementasi
adalah dengan membangun serta memperkuat kepemimpinan murid dengan ikut
berperan aktif dalam setiap kegiatan sekolah yang ditugaskan yaitu sebagai:
-
Guru pengajar
-
Walikelas
-
Kepala laboratorium IPA
-
Pengelola Kelas Cerdas Istimewa
-
Pengelola kelas Prodistik ITS (Program Terapan Bidang TIK)
-
Tim Pengembang Literasi Sekolah
Membuat
Keterhubungan Refleksi yang CGP Buat Memunculkan Koneksi dari Pembelajarannya dengan
Poin-Poin Berikut:
1. Pengalaman
masa lalu
Pengalaman yang
pernah saya alami sebagai walikelas yaitu program buka bersama. Murid membuat
kepanitiaan, mengkonsep acara, bahkan mempersiapkan bagi takjil di jalan depan
sekolah hingga 150 bungkus. Murid-murid berdiskusi dengan saya namun mereka
memiliki banyak ide kreatif yang mereka lakukan bersama dengan antusias dan
bersemangat. Kegiatan itu menjadi kegiatan yang sangat menarik karena murid
secara langsung terlibat dalam perencanaan, persiapan maupun pelaksanaannya
sehingga hal ini merupakan salah satu penerapan menumbuhkembangkan ‘student
agency’
2. Penerapan
di masa mendatang
Pada masa yang akan
datang saya akan lebih aktif dalam berkontribusi menumbuhkan Kepemimpinan Murid
dengan lebih memperhatikan voice (suara), choice (pilihan) dan ownership
(kepemilikan) serta memperluas serta memperkuat jaringan kolaborasi dan
kerjasama dengan seluruh komponen sekolah melalui komunikasi yang sehat dan
suportif hingga lingkup komunitas yang lebih luas.
3. Konsep
atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran strategis untuk
menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia
dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah
yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan
pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa
murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun
murid sesuai dengan kodratnya.
Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai dari seorang guru penggerak
yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai
dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan
perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di
kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan
program sekolah yang berpihak pada murid.
Modul 1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada
perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai
perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan.
Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam
merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan
menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu
memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi
yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada
murid.
Modul 1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan
potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada
anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya
lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat
tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang
berdampak pada murid.
Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini
merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum
merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan
pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.
Modul 2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan diasah untuk mampu
mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness)
menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan
pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya
positif di sekolah.
Modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sebagai teknik atau strategi
seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang
dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang
dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada
murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber
daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak
setinggi-tingginya.
Modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan
nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat
mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid.
Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus
konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.
Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber
daya. Guru sebagai
pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan
dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non
fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan
lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas
belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit
based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang
dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka
pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.
Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak
positif pada murid. Pengembangan sekolah
dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal
manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial,
modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya
yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset
tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di
sekolah.
4. Informasi
yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
-
Bahwasannya menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid merupakan
upaya bersama yang harus diinisiasi secara terprogram dan berkelanjutan
kemudian dievaluasi serta direfleksikan agar dapar terus berkembang sesuai
dengan kebutuhan zaman
-
Keterlibatan murid dalam program sekolah harus
dimotivasi oleh guru bahkan sejak dalam pembelajaran di kelas
-
Guru perlu terus melakukan inovasi pembelajaran yang
yang dapat mendukung terbentuknya Keemimpinan Murid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar