Minggu, 31 Desember 2023

Kelas 27: Beragam Karakter Berkarya Bersama


Inilah kelasku, kelas 27 berikut list personelnya: Ika Agustina (TK Dharma Wanita Pakunden II), Oki Yorika (SD Negeri Burengan 5), Bustanul Arifin (SD Negeri Pesantren 2), Zeni Supriyanto (SMP Negeri 5 Kediri), M. Saiful Mukharom (SMK Negeri 1 Kediri), Wahidah Qomariyah (SMA Negeri 8 Kediri), Agus Syakir (SMA Negeri 8 Kediri), Susilowati (SMP Negeri 7 Kediri), Dwi Prasetia (SD Negeri Ngadirejo 2), Oktafia (SD Negeri Ngadirejo 2) sepaket lengkap dengan Pengajar Praktik Pak Ichwan dan Bu Efi plus Fasilitator yang luar biasa Bu Trinani.

Kelas 27 ini dibagi lagi jadi 2 kelompok dengan 1 Pengajar Praktik yaitu 27 A dan 27 B. Saya tergabung di kelas 27 B. Orang pertama yang saya kenal? Jelas Pak Agus, kan beliau satu sekolah. Selebihnya, saya mulai dari nol seperti meteran SPBU. Klo kelas 27 A punya mode setelan pabrik, saya lebih suka mode 'spons' dimana saya punya bentuk sendiri sekaligus menyerap dan memfilter apapun untuk tetap punya tekanan osmosis yang seimbang. Serius banget ya isi otak saya. Wkwkwk.

Nah, karena itulah saya masa adaptasi bagi saya tidaklah mudah. Biasanya saya lebih suka mengamati, menganalisa lalu menuliskannya, PGP menuntut saya secara langsung untuk mempelajari, menganalisa, mengkomunikasikannya baik tertulis maupun lisan. Awal modul paket 1 saya sempat keteteran dalam hal mengatur waktu, memetakan dengan siapa saja saya harus memulai bekerja, sekaligus mengenali 'medan juang' saya nanti dalam 6 bulan kedepan mengikuti pendidikan. 

Saya tahu orang lain memilih jalur yang lebih praktis dengan mengalir saja ikuti prosesnya, tapi saya rasa saya memang lebih suka jalur yang ribet. Pertimbangannya, saya harus tahu dulu apa yang bakal saya hadapi karena jujur saya sudah menerima banyak 'testimoni' bahwa ikut PGP itu repot, banyak tugas, sulit, ribet dan banyak hal ga enak yang lain. Jadi, yang saya lakukan setelah tergabung dalam WAG adalah membuka seluruh fitur Learning Management System (LMS) yang pake moodle itu, mempelajari pengantarnya, mendownload seluruh modul belajarnya, sekaligus mempelajari hampir seluruh fiturnya di sela-sela waktu luang saya tidak mengajar baik pake HP ataupun laptop.

Kemudian, banyak hal baik terjadi. Karena saya memang suka jadi pengamat, meskipun saya lebih suka diam saya dapat dengan cepat mengenali seisi kelas agar dapat bekerjasama dengan mereka. Tentu saja tidak langsung berhasil. Itulah mengapa ada ilmu komunikasi bukan? Setidaknya saya merasa tim kerja saya ini punya masing-masing potensi luar biasa. Sebut saja Bu Ika yang sangat meriah dan bersemangat membawa sesi pertemuan yang kadang masing garing jadi menghangat, atau Bu Oki dan Bu Susi yang pembawaannya kalem, Bu Fia yang ramah, para bapak yang mulanya cenderung diam tapi makin kesini makin kesana menunjukkan kelebihan masing-masing. But, at least masuk bulan kedua saya mulai menikmati prosesnya, saya dapat 3 surat terima kasih pada sesi itu, saya mulai banyak mengenal hampir semua teman bahkan di kelas yang berbeda saat sesi Lokakarya maupun sesi Elaborasi yang dilaksanakan online.

Bagian inilah yang kemudian membuat saya menjadi lebih terstruktur, terpola dan mulai terbuka menerapkan alur belajar MERDEKA (Mulai dari Diri-Eksplorasi konsep-Ruang Kolaborasi-Demonstrasi Kotekstual-Koneksi Antar Materi-Aksi Nyata) di sekolah. Tanya kenapa? teman-teman saya punya banyak inovasi yang dishare langsung di LMS maupun ruang belajar online/offline sehingga saya tidak merasa sendiri berusaha menghidupkan kelas saya seperti yang saya rasakan selama ini. Praktik baik untuk diadaptasi tersedia setiap saat, walaupun memerlukan pemikiran ekstra untuk dapat diterapkan di kelas saya karena sebagian besar diantara mereka jenjang sekolahnya adalah SD dan SMP sementara saya adalah guru pengajar SMA. Bulan berikutnya adalah sesi padat maraton Paket Modul 1, 2 dan 3 dengan chalenge yang berbeda-beda, dengan pergantian anggota kelompok kerja beragam suasana. Keywordnya, kolaborasi. Bagian lainnya akan dengan kontekstual kita bisa kembangkan sendiri. Mengusir segala khawatir ikut PGP yang katanya 'kurang kerjaan' padahal gaji sudah aman masuk transferan. 

Perubahan paradigma tentu saja ada, perubahan dalam kelas (apalagi di sekolah) tentu saja tidak langsung terasa, tapi bahwa kemajuan pendidikan memang harus 'diusahakan' adalah mutlak adanya. Jika guru punya visi impian murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila, maka bagaimana melatihkan nilai-nilai itu menjadi kebiasaan dan perilaku. Jika guru menuntut murid harus belajar, bukankah para guru seharusnya menjadi teladan langsung untuk terus belajar. Jika guru mengatakan para murid harus siap berkolaborasi maupun berkompetisi, maka guru pun seharusnya memberikan contoh bagaimana melakukannya. 

Bagian paling akhir dari seluruh program ini adalah kami semua punya program keren dan inspiratif untuk dikembangkan di sekolah masing-masing:
1. Ika Agustina (TK Dharma Wanita Pakunden II) - KISMIS BERISI (Kamis Manis Bernuansa Tradisi)
2. Oki Yorika (SD Negeri Burengan 5) - KACAMATA (Kelas Baca Tema Cerita)
3. Bustanul Arifin (SD Negeri Pesantren 2) - GEMES AKU (Gerakan Membaca Seminggu Satu Buku)
4. Zeni Supriyanto (SMP Negeri 5 Kediri) - ISTIQOMAH (Istighosah, Baca Quran, Sholat berjamaah)
5. M. Saiful Mukharom (SMK Negeri 1 Kediri) - Berlin SMEKSA (Belajar Linux SMKN 1 Kediri)
6. Wahidah Qomariyah (SMA Negeri 8 Kediri) - KSN Biology Project (Komunitas Olimpiade dan Penelitian Biologi)
7. Agus Syakir (SMA Negeri 8 Kediri) - Kalimasada (Komunitas Literasi Memahami Al Quran)
8. Susilowati (SMP Negeri 7 Kediri) - KUAS HATI (Lingkungan Asri Sehat dan Berarti)
9. Dwi Prasetia (SD Negeri Ngadirejo 2) - OLMIPA Olimpiade Matematika dan IPA
10. Oktafia (SD Negeri Ngadirejo 2) - NAMPAK SUBUR (menanami lapak untuk berbagai sayur)

Pendidikan Guru Penggerak tentu saja adalah kesempatan dan pengalaman yang luar biasa bagi saya, dan punya teman-teman sekelas yang luar biasa adalah bagian dari itu semua.

Selamat Tahun Baru 2024

#Salam Guru Penggerak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar