Jumat, 28 Juli 2023

DISIPLIN POSITIF: ANTARA TANTANGAN DAN HARAPAN

 “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 

 (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Konsep disiplin positif inilah yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita.

Motivasi perilaku manusia dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1) untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman yang merupakan motivasi terendah dan bersifat eksternal; 2) untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain; 3) untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ketiga inilah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Membangkitkan motivasi intrinsik dapat dilakukan dengan mengaitkan perilaku maupun peraturan yang dibuat untuk murid dengan nilai kebajikan universal. Nilai kebajikan universal merupakan Nilai kebajikan universal adalah sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Nilai tersebut bersifat universal dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. Nilai tersebut misalnya Sikap murid meliputi toleransi, rasa hormat, integritas, mandiri, menghargai, antusias, empati, keingintahuan, kreativitas, kerjasama, percaya diri dan komitmen. Sembilan pilar karakter seperti Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab.

Nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal sebagai Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi yaitu Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, bernalar kiritis, mandiri dan kreatif. Nilai kebajikan universal akan mendasari perilaku dan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi intrinsik ini juga dapat dilatihkan didalam kelas pembelajaran melalui keyakinan kelas. Keyakinan kelas yang memuat nilai-nilai kebajikan universal, dibuat dan disepakati oleh kelas untuk membangkitkan motivasi intrinsik dalam menjalankannya. Motivasi instrinsik membentuk disiplin positif di sekolah. Seseorang akan lebih tergerak untuk memotivasi dari dalam daripada sekedar mengikui peraturan. Keyakinan kelas berupa pernyataan universal, positif dan dapat diterapkan bersama. Pada awal tahun ajaran baru dapat didedikasikan untuk pendalaman keyakinan kelas dalam berbagai kegiatan. Keyakinan kelas dapat ditinjau kembali jika diperlukan dan jika terjadi pelanggaran dapat dilakukan pendekatan Segitiga Restitusi.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid. berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Praktik Segitiga Restitusi tersedia dalam tautan berikut: 

https://www.youtube.com/watch?v=9ccCq5JnuBA

Sebagai refleksi, bahwasannya:

  1. Pentingnya pemahaman tentang kebutuhan dasar, motivasi, keyakinan, posisi kontrol dan restitusi yang saling berkaitan dan konsisten diterapkan agar terwujud budaya positif yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh semua pihak.
  2. Penerapan Budaya Positif sangat diperlukan untuk mendasari pembelajaran murid dan seluruh warga sekolah, agar bisa menjadi bagian dari masyarakat yang baik dan mengikuti nilai-nilai kebajikan.
Artikel ini merupakan bagian dari Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif yang tersedia dalam video berikut:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar