Setahun lebih pandemi bagi para guru berarti setahun lebih para guru mengajar berteman laptop dan foto-foto hasil kerja siswa dengan segenap suka dukanya. Ada kalanya saya membaca hasil kerja siswa di Google Classroom dengan tulisan rapi, kualitas foto yang baik dengan penalaran yang runut dan penomoran yang urut. Tapi banyak juga yang tulisannya cukup "unik" sehingga butuh sedikit usaha ekstra untuk membacanya, ditambah dengan kualitas foto kurang bagus. Adakalanya sampai jauh malam saya harus membalas chat mereka yang bertanya tentang materi, tugas ataupun sekedar sharing hasil praktikumnya yang "tidak sesuai dengan di buku" dan bagaimana membahasnya dalam laporan.
Setelah setahun lebih pandemi dengan kesibukan mengajar online dan aneka pekerjaan WFH atau WFO, saat bertemu siswa kembali didalam kelas untuk pertama kalinya saya menyadari bahwa saya benar-benar kangen mengajar lagi. Jadi, setelah mengingatkan tentang protokol kesehatan (membawa masker cadangan, bawa hand sanitizer sendiri, cara pake hand sanitizer di tempat umum dan SOP PTM) saya mengabsen mereka satu persatu dengan memanggil nama lengkap dan menatap mereka saat mengacungkan tangan. Mungkin hanya separuh wajah yang telihat karena mereka semua memakai masker, bahkan saya pun memakai masker dan face shield. Tapi saya benar-benar menikmati saat-saat itu. Akhirnya, kami bisa belajar bersama lagi didalam kelas.
Saya sangat beruntung karena hari itu, 13 September 2021 kelas pertama saya mengajar adalah anak wali saya sendiri. Meskipun hanya setengah dari jumlah siswa (itupun ada 3 yang ijin) saya berkesempatan bertemu anak wali saya. Sebelum materi pembelajaran dimulai, kami bisa berbagi tanggungjawab capaian akademis yang harus mereka tempuh dan sedikit bercerita pentingnya kerjasama antara sekolah, mereka dan orangtua mereka dalam mencapai itu. Itulah mengapa saya cukup intens memberikan informasi di grup walimurid tentang dukungan orangtua/walimurid yang diperlukan maupun menghubungi langsung orangtua mereka jika ada laporan kendala pembelajaran dari guru pengajar.
Pembelajaran di kelas saya isi dengan review dan pendalaman materi berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah saya tentukan. Saya fokus pada materi yang biasanya sulit saya jelaskan secara online, misalnya pengaruh hormon pertumbuhan, respirasi aerob serta hubungan antara metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Apa cukup waktunya? memang tidak jika saya harus jelaskan detail satu persatu. Tapi saya sangat terbantu karena mereka memegang buku penunjang yang telah dipinjamkan dari perpustakaan. Saya membahas materi dari buku itu, sambil memberikan sedikit wawasan tentang cara belajar agar mereka dapat mempelajarinya kembali dengan lebih mudah jika materi itu tidak tuntas kami bahas didalam kelas. Sehari sebelumnya, saya menugaskan mereka untuk membawa buku tugas biologi, buku penunjang, buku kerja siswa dan print out lembar kerja dari Google Classroom. Buku kerja siswa dan buku tugas mereka dikumpulkan saat PTM selesai untuk saya koreksi. Sedangkan buku penunjang mereka bawa kembali untuk mengerjakan lembar kerja dari GC. Lembar kerja inilah yang akan kami bahas pada PTM minggu depan.
Lima menit sebelum jam KBM usai, saya sempatkan sharing tentang pentingnya membaca. Karena itulah kita mengenal pepatah buku adalah jendela dunia. Itulah mengapa pemerintah kita giat menggaungkan literasi dan numerasi. Bahkan di blog ini, yang sering saya bagikan pada mereka sebagai bahan belajar pada bagian paling atas tertulis "Berbagi Nutrisi Literasi: Saling Belajar Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat". Menularkan kesenangan belajar yang saya alami, passion yang kita dalami dengan senang hati. Ketertarikan membaca dan belajar apa saja baik untuk mengerjakan tugas sekolah maupun dalam memecahkan permasalahan sehari-hari. Apalagi generasi milenial sangat terfasilitasi dengan mudah untuk mengakses beragam e-book yang gratis, yang murmer maupun yang mahal berbayar. Sayang banget jika yang kita baca cuma facebook, ig dan chat WA.
Usai mengajar saya menatap seluruh penjuru kelas. Ruangan kelas yang merindukan para siswa segera kembali. Dindingnya pun mungkin juga kangen ditempeli nama pengurus kelas dan hasil karya siswa beserta hiruk pikuk proses pembuatannya. Saya membayangkan 2 tahun lalu saya menugaskan siswa membuat poster pelestarian keanekaragaman hayati. Cerita behind the scene mereka sampe lesehan di kelas sepulang sekolah dengan aneka guntingan kertas demi bisa memamerkan hasil karyanya di dinding kelas dan mempresentasikannya dalam salah satu sesi model pembelajaran market place activity. Demikianlah, sepertinya minggu ini selain mengajar bagi saya adalah sesi untuk melepas rindu. Belum lagi saat saya mengumpulkan pekerjaan mereka di kelas, mata saya terasa segar karena yang saya pegang adalah hasil pekerjaan riil yang bisa saya coreti apa kelebihan dan kekurangannya. Bukan foto hasil kerja mereka yang kadang tidak jelas pencahayaan maupun kualitas fotonya.
Saya menyadari, saya aja yang guru ada pasang surutnya agak moody menyelesaikan tugas saya jika terus-terusan online. Apalagi siswa yang sebagian besar belum cukup stabil menangani pengaruh lingkungan, arus informasi dan media sosial yang setiap saat berseliweran. Saya aja yang sangat menikmati me time dan family time at weekend berasa seneng banget ruang guru kembali rame dengan teman-teman yang mengenakan seragam dan saling berbagi pengalaman mengajar di kelas. Semoga badai pandemi ini sudah benar-benar berhenti dan sekolah kita bisa lebih hidup dengan lebih banyak ide dan inovasi baik di kelas maupun diluar kelas. Semoga.
"Pelajaran sekolah bukanlah guidebook untuk dapat kerja, tapi bahwa semua pelajaran akan memberikan value tentang wawasan keilmuan, pembentukan pola pikir, problem solving hingga pendidikan karakter tentang tanggungjawab, disiplin, integritas dan kemandirian akan sangat kita perlukan dalam dunia kerja"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar