Jumat, 24 Maret 2023

Perjalanan: Menikmati Menjadi Kita

Perjalanan bagi sebagian orang bisa jadi hanya rutinitas menuntaskan jarak. Jarak dari rumah ke tempat kerja, jarak dari tempat kerja lalu kembali pulang, berikut segala dinamika singgah dimana, membeli apa, ketemu siapadan berulang lagi setiap hari.

Perjalanan berkendara sendiri menjadikan saya lebih bersyukur dan mengerti, bahwa otak kita lebih canggih dari manusia cyber yang biasanya saya lihat di televisi. Semacam AI yang dengan cepat memproyeksikan medan, jarak, kecepatan, kemungkinan hambatan hingga survival mode saat ada hal-hal diluar dugaan. Saat kita memulai keluar rumah naik motor, mata kita akan langsung menerima stimulus dari kondisi jalan, keramaian, hingga posisi kendaraan lain yang berada di dekat kita. Otak akan langsung memproses dan menggabungkannya dengan pengalaman kita melalui jalan itu. 

Saya yang terbiasa taktis akan secara otomatis menghindari dan atau memposisikan berada didepan kendaraan lain yang saya anggap "berbahaya". Sebut saja, orang yang naik motor tanpa helm, orang yang pakai sandal jepit, orang yang kendaraannya ga lengkap mungkin plat atau spionnya, orang yang bawa "obrog bakulan", orang yang bawa rumput pakan ternak diatas kapasitas motor, atau sekedar ibu-ibu yang naik motor sambil gendong anak kecil. Ada? tentu saja. Sekitar jarak 15 hingga 17 kilometer jarak domisili saya di daerah kabupaten hingga kota tempat bekerja, pengendara seperti kriteria itu selalu tersedia. 

Pun juga jika jalan berdua si dia bisa beda cerita. Karena lelaki secara naluriah akan melindungi wanitanya, maka yang pertama dia lakukan adalah memastikan saya berada di posisi yang nyaman. Berdua naik motor sejarak Kediri-Malang akan menjadi perjalanan yang cukup panjang. Meskipun sudah sekian kali kami lakukan dengan tujuan yang sama, nyekar makam bapak ibuk Malang. Tapi, setiap perjalanan selalu memiliki kisahnya sendiri.

Mengisi perjalanan yang paling mudah adalah bercerita, random apa saja beralih ke berbagai topik keseharian, bekas longsoran area Ngantang dan Pujon, cafe dan tempat wisata baru yang belum pernah kami kunjungi, hingga pemandangan yang berganti-ganti dilewati. Berkeliling area Sultan Agung Street Batu yang kini ramai dengan aneka street food yang murah meriah (makan gado-gado, bakso dan es buah), menikmati gerimis di perjalanan dengan pemandangan sungai berbatu, berhenti sejenak buat foto-foto melepas penat hingga mampir di KOP SAE beli yogurt favorit anak.

Begitulah, sepertinya meluangkan waktu berdua saja bersama pasangan akan menyediakan saat-saat receh yang menyenangkan. Membicarakan hal-hal tidak penting yang tidak terduga, refresh dari keseharian yang penuh kegiatan. Berdua saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar